Langsung ke konten utama

fungsi desain pelatihan


DESAIN PELATIHAN





A.    Fungsi Desain Pelatihan
            Pelatihan merupakan salah satu aktivitas penting untuk pengembangan sumber daya manusia sebuah organisasi (Holton et al 2000). Namun, permasalahannya adalah banyak program pelatihan yang tidak efektif sehingga tidak mampu meningkatkan kualitas dan produktivitas tenaga kerja sektor kesehatan. Program pelatihan bagi sebuah organisasi merupakan investasi jangka panjang terhadap sumberdaya manusia yang dimilikinya. Efek yang dihasilkan dari pelatihan tidak langsung dapat dirasakan hasilnya bagi organisasi, karena pelatihan yang diperoleh oleh individu membutuhkan waktu untuk direalisasikan dalam pekerjaan sehari-hari.
            Realisasi hasil pelatihan tersebut ke dalam pekerjaan sehari hari disebut dengan transfer pelatihan. Artinya, individu yang telah mengikuti pelatihan dianggap paham, ingat, dan mampu melaksanakan berbagai materi pelatihan yang telah diperolehnya. Apabila individu di dalam organisasi melakukan realisasi pelatihan tersebut berarti ada efektivitas transfer pelatihan. Transfer pelatihan yang efektif ini dalam jangka panjang akan menjadi pemicu utama untuk mencapai peningkatan produktivitas tenaga kerja (Chiaburu dan Lindsay, 2008; Burke and Hutchins, 2008).[1]
            Beberapa tujuan desain pelatihan menurut Procton dan Thronton (1983) :
1.        Untuk menyesuaikan diri terhadap tuntutan bisnis dan operasional-operasional industry sejak hari pertama masuk kerja.
2.        Memperoleh kemajuan sebagai ekuatan yang produktif dalam perusahaan dengan jalan mengembangkan kebutuhan keterampilan, pengetahuan dan sikap.
            Beberapa manfaat atau fungsi nyata dari desain pelatihan menurut Simamora (2004) :
1.              Meningkatkan kuantitas dan kualitas produktivitas
2.             Mengurangi waktu pembelajaran yang diperlukan karyawan untuk mencapai standar kerja yang dapat diterima
3.             Membentuk sikap, loyalitas dan kerja sama yang lebih menguntungkan
4.             Memenuhi kebutuhan perencanaan sumber daya manusia
5.             Mengurangi frekuensi dan biaya kecelakaan kerja
6.             Membantu karyawan dalam peningkatan dan pengembangan pribadi
           
            Tujuan dilakukannya pelatihan adalah untuk meningatkan pengetahuan, keterampilan, kinerja, dan perilaku individu, kelompok maupun organisasi. Oleh karena itu kegiatan pelatihan harus dirancang sedemikian rupa agar benar-benar memberikan manfaat sesuai dengan tujuan pelaksanaanya.
a.              Tujuan pelatihan yaitu agar peserta pelatihan baik kelompok atau organisasi maupun perseorangan dapat mengusai pengetahuan, keterampila dan perilaku yang dilatihkan dalam program pelatihan sehingga dapat diaplikasikan baik untuk jangka waktu pendek maupun jangka waktu yang lama.
b.             Tujuan pelatihan bisa juga tentang sesuatu pernyataan pengetahuan, pengetahuan dan sikap/perilaku yang diharapkan atau dapat dikuasai oleh peserta pelatihan ketika pelatihan telah selesai.
   Pada dasarnya tujuan pelatihan dibuat berdasarkan standard kompetensi, karena biasanya pelatihan dibuat untuk mencapai suatu kompetensi tertentu. Kadangkala suatu pelatihan disiapkan untuk pemenuhan suatu jenis kompetensi , suatu level kompetensi atau kompetensi bidang tertentu. Alat pretest biasanya digunakan untuk mengetahui pada level kompetensi mana kompetensi mana kemampuan peserta pelatihan. Sehingga tujuan pelatihan untuk pemenuhan level kompetensi ditentukan untuk pemenuhan level kompetensi berikutnya.[2]
Menurut Carrel dan (Kuzmits 1982) tujuan utama pelatihan dapat dibagi menjadi 5 area :
1.      Untuk meningkatkan keterampilan karyawan sesuai dengan perubahan tekhnologi
2.      Untuk mengurangi waktu belajar bagi karyawan baru agar menjadi kompeten
3.      Untuk membantu masalah operasional
4.      Untuk menyiapkan karyawan dalam bidang promosi
5.      Untuk member orientasi karyawan untuk lebih mengenal organisasinya

B.     Identifikasi Kebutuhan Pelatihan
            Secara umum identifikasi kebutuhan pelatihan/didefinisikan sebagai suatu proses pengumpulan data dalam rangka mengidentifikasi bidang-bidang atau factor-faktor apa saja yang perlu diperbaiki atau dtingkatkan agar tujuan pelatihan tercapai. Kebutuhan pelatihan merupakan keadaan dimana terdapat kesenjangan antara keadaan yang diinginkan dengan keadaan yang nyata.identifikasi pelatihan diperlukan untuk menyiapkan rencana/program pelatihan. Hasil identifikasi pelatihan diperlukan sebagai dasar untuk merencanakan sebuah program pelatihan (terkait tema, isu, tujuan, sasaran/hasil yang akan dicapai, kelompok sasaran, pendekatan, metode, tekhnk serta pelaksanaan dan evaluasi program pelatihan).
            Pelatihan yang baik adalah pelatihan yang sesuai dengan kebutuhan. Tidak ada manfaatnya apabila pelatihan yang dilaksanakan tidak atau kurang sesuai dengan kebutuhan. Untuk itu sebagai, langkah pertama yang harus dilakukan adalah mengidentifikasi kebutuhan pelatihan. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan yaitu :
a.       Mengenali informasi langsung dari sasaran diskusi kelompok yang terfokus. Perlu diadakan suatu pertemuan/diskusi khusus antara (sasaran pihak yang akan mendapatkan pelatihan) dengan pihak penyelenggara pelatihan. Dalam diskusi ini ditanyakan apa masalah yang dihadapi, pengetahuan atau keterampilan yang dibutuhkan dan apakah perlu ada atau diselenggarakannya pelatihan. Perlu nya pelatihan biasa nya terkait dengan permasalahan yang sedang dihadapi, usul pelatihan seyogyanya datang dari sekelompok sasaran, demikian juga jenis/isu/ tema pelatihan yang akan dilakukan.
b.      Menggali informasi melalui kegiatan PRA (Participatory Rural Appraisal). Melalaui pelaksanaan PRA dilanjutkan dengan rencana-rencana peningkatan kegiatan. Ditingkat kelompok sasaran, dengan ini dapat diperoleh informasi kebutuhan pelatihan yang berasal dari kelompok sasaran sendiri.
c.       Menggali informasi melalui wawancara dengan beberapa tokoh (key informan) dan sekelompok sasaran  diserta dengan pengamatan langsung terhadap kondisi dilapangan (kondisi kelompok sasaran).
d.      Penelitian konvensional yang diakukan oleh ahli atau pihak lain. Melalui penelitian terhadap kelompok sasaran yang mencakup tingkat pengetahuan dan tingkat keterampilan kelompok sasaran dalam melakukan usahanya yang berkaitan dengan isu tertentu dapat diperoleh mengenai informasi kebutuhan pelatihan. Informasi dari hasil penelitian ini masih perlu dikonsultasikan dengan kelompok sasaran tersebut untuk memperoleh kepastian pelatihan yang dilakukan.[3]  


                [1] Eko Hariyanto, Ratno Purnomo,Icuk Rangga Bawono. Desain Pelatihan, Dukungan Organisasional, Dukungan Supervisor Dan Self-Efficacy Sebagai Faktor Penentu Keefektifan Transfer Pelatihan (Jurnal). Vol 15 No. 2 Juli 2011
                [2] Budi Santoso. Skema dan Mekanisme Pelatihan : Panduan Penyelenggaraan Pelatihan. Hal 2

                [3]Ibid, hlm 4-5

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Logo uin raden fatah palembang full hd (uin bika)

Ini dia logo UIN Raden Fatah palembamg terbaik dan terkeren Logo UIN Raden Fatah Palembang DOWNLOD DISIN

Pengantar tes inventori

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Inventori (inventaris, inventarisasi) adalah satu alat untuk menaksir dan menilai ada atau tidak adanya tingkah laku, minat, sikap tertentu dan sebagainya. Biasanya inventaris ini berbentuk daftar pertanyaan yang harus dijawab. Di tinjau dari segi diungkapkannya data, maka sifat dari tekhnik ini adalah approach self report, sebab individu dengan inventoris itu dapat menyatakan segala aspek-asek kepribadian penyesuaiannya secara bebas. Adapun bentuk dari inventoris itu dapat berupa questionaire (angket), chek-list atau rating scale. Dengan alat-alat ini di harapkan individu dapat menunjukkan bagaimana biasanya ia merasa, bagaimana ia bersikap, berbuat dan mengerjakan sesuatu. Berdasarkan tujuan-tujuan itu maka kita mengenal adanya berbagai jenis inventori seperti: personality inventories, interest inventories, dan attitude inventories. B. Rumusan Masalah 1. Apa itu inventori ? 2. Apa kelemahan dan keunggulan tes inventori ? 3. Ba